Berencana Kerja di Jepang? Ini yang Harus Anda Tahu!
Jepang adalah salah satu negara paling maju di wilayah Asia, baik dari segi perekonomian, industri, maupun teknologi. Oleh karena itulah, banyak orang dari negara lain berusaha untuk bisa bekerja di Jepang, termasuk dari Indonesia. Namun seperti apakah suasana kerja di Jepang?
Gringo Bangayan, seorang warga Filipina yang saat ini bekerja di Jepang, menggambarkan seperti apa suasana dan kendala di Jepang, seperti ditulisnya di Quora.com.
Gringo bekerja di Jepang sebagai seorang teknisi. Sudah enam tahun berjalan ia bekerja di Jepang di mana sebelumnya Gringo bekerja di perusahaan Amerika Serikat. Ia merasa bahwa ini adalah poin plus baginya karena sudah mengadaptasi budaya kerja barat. Namun, betapa terkejutnya ia ketika pertama kali sampai ke Jepang. Banyak hal yang tidak ia pertimbangkan sebelumnya, selain seperti apa pekerjaanya. Berikut poin-poin yang ia rangkum seputar pengalamannya bekerja di Jepang.
1. Kendala Bahasa
Siapa pun yang datang ke Jepang tanpa mempelajari media komunikasi orang Jepang pasti akan terkejut. Orang asing yang tidak memiliki latar belakang Asia Timur akan benar-benar kesulitan untuk berkomunikasi dengan rekan-rekan di Jepang. Di perusahaan Jepang, sangat jarang orang berbicara dalam bahasa Inggris. Jika pun bisa, level bahasa Inggris yang mereka miliki terlalu rendah sehingga Anda akan sangat kesulitan untuk menjelaskan gagasan yang sulit dan abstrak. Secara keseluruhan, hidup Anda akan sangat kesulitan jika Anda tidak mempelajari bahasanya. Jika Anda memiliki beberapa keahlian khusus yang langka di Jepang seperti pengajaran bahasa Inggris dan IT masih bisa menjadi peluang untuk Anda.
Menurut pengalaman Gringo, selama 3 tahun pertama bekerja di Jepang, ia merasa kesulitan dan masalah utamanya adalah karena kecakapan bahasa. Kecepatan bicara orang Jepang terlalu cepat dan pola tata bahasanya sebagian besar tidak mengikuti yang tertulis di buku. Yang ia harapkan adalah teman-teman kerjanya orang Jepang memahami, namun orang Jepang jarang mentolerir bahwa ia tidak memahami apa yang mereka katakan. Pelajaran yang ia ambil adalah: Jangan mengatakan Anda tahu cara menggunakan sebuah bahasa kecuali Anda tinggal bersama mereka.
2. Rasa Hirarki
Orang jepang menyukai urutan dan mereka memiliki hirarki yang tertulis di benaknya, apakah itu tentang pekerjaan, jejaring sosial, maupun organisasi perusahaan. Dalam hal ini akan dibahas tentang hirarki dalam dunia kerja.
Ketika Anda bekerja di perusahaan Jepang, Anda harus tahu di mana posisi hirarki Anda. Itu akan membimbing Anda. Anda harus tahu di mana posisi Anda sehingga Anda tahu bagaimana harus berperilaku, bagaimana harus berbicara, dan bagaimana menulis surat. Melupakan hirarki ini akan membuat pekerjaan Anda di Jepang (dan perusahaan Jepang) seperti di neraka.
Hirarki di Tempat Kerja
Seishain (Karyawan Reguler)
Di tempat kerja, mereka adalah bosnya jika ada kelas yang berbeda. Mereka adalah karyawan tetap yang langsung dipekerjakan oleh perusahaan dan sangat sulit dipecat meskipun mereka tidak memiliki etos kerja yang tinggi. Mereka menikmati manfaat yang lebih besar dibandingkan kelas karyawan yang lain dan memiliki keistimewaan tersendiri di dalam perusahaan. Di Jepang, para wanita Jepang umumnya menggunakan acuan ini sebelum mereka menerima untuk menikah. Pekerja dengan kelas lebih rendah memberikan penghormatan yang tinggi yang ditunjukkan melalui bahasa dan etika. Orang asing tidak biasa mendapatkan posisi ini kecuali mereka memiliki skill khusus.
Keiyakushain (Kontraktor)
Mereka seperti Seishain, dapat dipekerjaan oleh perusahaan secara langsung tetapi memegang kontrak atau periode tertentu. Mereka menikmati beberapa keistimewaan dari perusahaan namun manfaat dan tunjangannya terbatas.
Hakkenshain (Staf Sementara)
Mayoritas pekerja asing ada di dalam kelas ini. Biasanya mereka adalah yang ditunjuk oleh perusahaan outsourcing dan selalu di-PHK jika tidak menunjukkan kinerja yang lebih baik. Seringkali, mereka dipekerjakan untuk tugas-tugas khusus dan dibutuhkan hanya untuk jangka waktu singkat dalam setahun. Mereka hanya mendapatkan manfaat dasasr yang diberikan oleh pemerintah Jepang. Sedihnya, dan ini paling sering terjadi, mereka tidak didengar dan tidak diberi tanggung jawab lebih besar.
Kurang hormat atau yang bahkan tidak sengaja kepada Seishain bisa membuat hidupnya di perusahaan ini semakin memburuk. Dengan resesi dan perekonomian Jepang yang memburuk, paradigma ini telah berkembang ke penerimaan publik. Perusahaan telah mengurangi populasi karyawan tetap mereka untuk mengoptimalkan keuntungan, merumahkan mereka yang kinerjanya kurang dan menghapus bonus-bonus tambahan. Ini menjadi hal yang lumrah seiring waktu.
Hirarki dalam Tim
Senpai
Ini adalah senior di dalam tim Anda. Maksudnya adalah senioritas dalam tim, bukan senioritas dalam usia atuapun senioritas dalam pengalaman. Meskipun dia tidak menjadi mentor bagi Anda namun dia masuk lebih dulu bahkan hanya seminggu sekalipun, dia adalah senpai Anda dan Anda harus menghormatinya.
Kohai
Ini adalah junior dalam tim. Jika Anda ada di posisi ini, artinya Anda hanyalah bawahan dan Anda harus mengikuti apa yang diajarkan oleh senpai Anda, apakah itu benar atau salah. Jika Anda mencoba melawannya maka Anda sedang menghancurkan hubungan jangka panjang dengannya.
3. Hubungan dengan kolega Anda juga sebuah pekerjaan
Sayangnya, Anda harus memastikan hubungan Anda dengan kolega Anda yang orang Jepang, harus baik, atau hidupmu akan seperti di neraka. Ini dialami juga oleh Gringo. Jika seseorang tidak menyukai Anda, maka ia akan mempersulit Anda ketika Anda membutuhkannya.
Ini juga berlaku bagi posisi level senior sekalipun. Jika seorang manajer hendak mengajukan proposal baru, dia harus memastikan bahwa ia telah berbicara dengan manajer lain SATU PER SATU, memastikan mereka akan setuju ketika "RAPAT" resmi atau presentasi tiba waktunya.
4. Honne Tatemae
Ini biasa di tempat kerja. Mereka selalu memiliki wajah yang berbeda jika berurusan dengan tempat kerja. Orang Jepang yang terlihat baik kepada Anda di luar kantor dan peduli pada Anda kapan pun bertemu Anda di kereta api, namun bisa menjadi orang paling menyeramkan yang mempersulit Anda jika di tempat kerja. Mereka ingin menunjukkan pada semua orang kesan diri yang berbeda.
5. Lingkungan kerja di Jepang
a. Hampir tidak ada orang yang berbincang ataupun berdiskusi yang tidak terdengar. Tempat kerja hanyalah latar belakang yang datar, biasanya berwarna putih.
Ini dialami oleh Gringo ketika ia bekerja di IBM. Bagi dia itu adalah siksaan karena membuatnya ngantuk sepanjang waktu. Ketika sebuah pulpen jatuh ke lantai, itu bisa didengar paling tidak hingga 5 meter (kecuali jatuhnya di lantai yang berkarpet).
b. Kerja hingga melebihi jam kerja itu disukai, meskipun Anda tidak lagi bekerja
Gringo pernah menghabiskan waktu dengan berpura-pura bekerja hanya untuk membuat teman-teman kerjanya menganggap bahwa ia bekerja keras. Bukan hanya dia yang merasa bersalah dengan hal itu, bahkan orang-orang Jepang pun mengakuinya. Masalahnya adalah jika ada salah satu di tim Anda yang pulang tepat waktu, orang di sekitarnya bisa beranggapan bahwa ia adalah orang yang tidak memiliki simpati dan tidak bekerja dengan giat.
c. Tidur siang di tempat kerja itu sah (inemuri)
Cukup biasa melihat orang yang tidur di ruangan mereka di depan komputer atau bahkan saat rapat sekalipun. Bahkan Anda bisa melihat pejabat pemerintahan pun sering melakukan itu. Bagi orang Jepang, itu menunjukkan dedikasi untuk bekerja, yang jelas itu tidur karena kelalahan.
Ada satu petunjuk, jika Anda ngantuk di tempat kerja, tidurlah tegak di depan pekerjaan Anda. Ini disukai oleh orang Jepang.
6. Cara kerjanya sangat lambat
Kembali ke Gringo. Gringo bekerja sebagai seorang insyinyur di TI dan terbiasa bekerja di lingkungan yang geraknya cepat. Budaya kerja Jepang justru sebaliknya. Di budaya Barat dan beberapa negara yang sudah terpengaruh oleh budaya Barat selama berabad-abad, pemberdayaan itu penting dan karyawan diberi peluang untuk memutuskan sendiri jika mereka bisa memutuskan untuk melakukan tindakan. Namun di Jepang justru kebalikannya.
Semua orang diharuskan segera melapor (houkoku), menghubungi atasannya (renraku) dan konsultasi langkah apa yang harus diambil (soudan). Manajemen Jepang benar-benar konservatif dari atas ke bawah dan mereka ingin mengetahui sebanyak mungkin yang mereka bisa. Sebagai contoh: Anda sedang mengerjakan modifikasi sederhana di file konfigurasi di server dan Anda mengikuti prosedur yang tulisannya njlimet.
Ketika dalam prosesnya, Anda menemukan bahwa penulis langkah-langkah itu lupa menambahkan bagian "simpan file". Umumnya, kita tinggal simpan file itu, namun bagi orang Jepang itu salah. Cara yang benar adalah berhenti, mencoba menghubungi orang yang menulis prosedurnya dan konsultasikan pada insinyur senior sebelum menjalankan perintah "save". Jika Anda tidak mendapatkan persetujuan, Anda harus berhenti bekerja, mengulangi semuanya dan menunggu orang respon dari orang yang menulis prosedur tersebut. Jika orang tersebut sedang liburan, maka Anda harus menunggunya hingga ia kembali.
Bagaimana? Anda sudah siap bekerja di Jepang?